Minggu, 22 September 2013

Puisi Untuk Alin

She writes many poems to everybody, but nobody write any poem to her(maybe)
Tepat postingan ke 93! (apa isitmewanya?)
-untuk si unyu Alin-

Kurcaci yang haus akan pengalaman
Yang buas pemikirannya
Yang gesit, lincah, dan cekatan
Yang selalu mabuk akan ilmu
Sepasang matanya selalu berfikir
Tak pernah lelah untuk mengambil ibroh setiap peristiwa.
Seperti spy yang selalu berkelana.
Kayu berarang dan si karet penghapus selalu setia menemani langkah - langkahnya. Dalam senang, susah atau galau.
Jika ada pertanyaan siapa yang paling pintar. Tak ada yang dapat memungkiri. Ialah orangnya.
Disitu ada panggung sandiwara, disitu pulalah ia. Ia yang memainkan sandiwara.
Dikenal banyak orang, disapa banyak orang, dan menyapa banyak orang.
Ia yang akan selalu ku kenang dengan gayanya yang childish.
Si unyu si cabe rawit.
Afida Maulina Zahra


Alin palsu



Alin Asli


Learn to Live

Aku beruntung
Aku beruntung bisa menghabiskan waktu - waktu ku dengan beliau.
dengan beliau yang bijaksana
dengan beliau yang  selalu berfikir
dan dengan beliau yang luar biasa
tak pernah kusangka waktu kita kini berbeda
Walaupun sebenernya dari dulu telah berbedea
Entah banyak kejadian yang menyatakan bahwa waktuku akan berbeda dengan beliau. Begitu juga dengan Jarak.
Aku sungguh merindukanmu!
Tabahkanlah kami!
Tata hidup kami kembali!
kembalikan kehidupan kami!
Jadikan hidup kami lebih baik lagi.
Dengan kasih sayang dan kebahagiaan-Mu.

Need or Time?

Pandangan memang tak dapat ditipu. Semua orang memiliki pandangan yang tak dapat disembunyikan. Begitu juga aku. Aku yang tak pernah berharap lebih-
Berharap kepada  orang yang selalu kupandangi.
Berharap akan sesuatu yang sulit untuk digapai.
Bagaimana mungkin sesuatu yang bisu akan berbicara? Sesuatu yang tak pernah terungkapakan kan menjadi sebuah sejarah? ini hanya baris baris waktu yang terpendam. Hingga sosok kau menemukannya.
Perasaan ini sama. sama seperti hukum Gossen, sesuatu yang kita lakukan secara terus menerus, lama kelamaan akan mengalami kejenuhan. Sama halnya juga dengan segumpal daging ini, daging yang berperasaan.
Ia mendapat perlakuan sama, tak pernah berkembang, lama - lama perasaan itu biasa saja. Hambar palah.
Aku benar - benar ingin membuang jauh perasaan itu. Karena hatiku selalu tercabik, ketika kenyataan tidak berpihak kepada si hati bisu ini.
Tapi entah kapan.
Ini bukan masalah butuh atau tidak butuh. Ini masalah waktu, waktu yang selalu membuat bayan - bayang ia terus menari di otak. Waktu yang entah mulai kapan atau sampai kapan akan berpihak kepada si bisu.
Kadangkala ia baik, kadangkala pula ia jahat.
Aku hanya berharap pada waktu, waktu yang akan membawa ini pada hulu nya dan bermuara kepada keabadian.
Janganlah kau merasa besar, fikirkanlah hal yang realsitis(saja).
Maka, dengan hal itu, si bisu akan makin bisu dan perasaanmu mati akannya. Dia tak akan membuat hatimu terkoyak lagi.
Tenanglah, jika kau mau, realistis akan selalu berbaik hati padamu..
 
Cyperus rotundus Blogger Template by Ipietoon Blogger Template