Rabu, 16 Mei 2012

Lambaian Menuju Laut

By : Nafa Ana Nur Maulidha 
tugas bahasa Indonesia



Filosofi laut adalah tempat yang sangat damai. Dimana ketika kita merapat disana kita dapat merasakan jiwa yang melayang. Mendengar deruan air laut yang menabrak karang, melihat ombak yang menggulung Indah. Ingin rasanya aku berada di tempat ini selamanya. Namun apa daya, aku mempunyai sebuah tanggung jawab yang besar yang tak mungkin aku tinggalkan. Demi masa depan yang aku inginkan.
Waktu berlari begitu kencangnya, aku seorang diri pun tak kuasa tuk mengejarnya. Tahun berjalan begitu cepat. Proses sosialisasi  berjalan dengan sempurna. Mengenal semua teman dan guru – guru  menjadi ending yang sangat sempurna. Mengerti hal – hal yang sebelumnya belum pernah ku kenal itulah tujuan yang paling utama. Dan akhirnya aku sangat beruntung memiliki teman – teman yang begitu luar biasa dengan berbagai macam karakter yang membangunnya.
Ketika itu aku hanya bisa terdiam, termangu, menunggu ujung waktu untuk mengakhiri masa Sekolah Menengah Pertama. Waktu 3 tahun yang sangat lama, namun berjalan begitu cepat. Di sana aku dapat menemukan sebagian dari jati diriku, mendapatkan banyak pengalaman yang hingga akhir hayat mungkin belum bisa aku lupakan. 
●●●
Teng...teng...teng...., bel  tiga kali tanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Murid – murid berseragam biru putih dengan kerudung putih yang menutupi dada telah berbondong – bondong menuju kelas, semuanya duduk tegap dan guru pun telah mempin do’a. Berharap hari ini adalah awal yang  baik untuk mengawali hari – hari pertamaku di sekolah.
“Mungkin, kalian semua kelak akan menjadi seorang presiden, seorang menteri, seorang pejabat yang akan mengubah Indonesia” ucap guruku pada saat pelajaran bahasa Indonesia. “Amiiin...” semua anak meresponnya dengan antusias. Pelajaran bahasa Indonesia pada saat itu memang pelajaran yang selalu penuh dengan motivasi. Jarang – jarang aku menemui sosok guru seperti itu, beliau tidak jarang memberikan kuis agar pelajaran bahasa Indonesia tidak begitu monoton, sering juga kuis tersebut berembel – embel hadiah. Rasanya aku sangat beruntung memiliki guru seperti itu.
 “Nafas kita hari ini adalah episode kecil dari sebuah cerita panjang perjalanan sejarah manusia. Beri tanda noktah ungu, agar berkasnya  menjelma menjadi rindu”. Begitu ucapnya, dengan suara yang lantang sebagai akhir dari pembelajaran bahasa Indonesia hari ini. Hati ku pun tersentuh, fikirku tak tahu arah. Aku ingat bahwa usia ku di Sekolah Menengah Pertama tidak akan lama lagi. Aku belum siap untuk meninggalkan tempat ini dan para sahabat – sahabatku. Episode ku hari ini hanya sebagai cuplikan dari kisah hidupku yang masih panjang. Aku pun berkemas  membereskan semua alat tulis yang berserakan di atas meja, karena  bel sudah berdering panjang. Aku masih mempunyai banyak pekerjaan di asrama, teman – teman ku juga telah mempunyai agenda tersendiri sepulang sekolah ini. Kugendong tas biruku keluar kelas menuju asrama, sambilnya ku merenungi bagaimana jadinya aku setelah episode hari ini berakhir?
●●●
Seperti biasanya jarum jam terus berjalan dan tak akan pernah berbalik arah. Waktu untuk Ujian Nasional kian dekat. Persiapan yang telah dilaksanakan oleh guru maupun muridpun sudah matang. Tinggal waktu saja yang menjemput. “maafkan aku ya jika aku punya salah sama kamu” celetuk aku kepada sahabatku. Aku tersadar karena selama aku  hidup di Sekolah Menengah Pertama  ini aku tak luput dari kesalahan, terutama kepada sahabatku. Tak mungkin ketika aku pergi nanti aku meninggalkan banyak salah kepada banyak orang. “maafkan ]ku juga, mungkin kata – kataku tak pantas buat hati mu selama ini”. Ah sahabatku memang pengertian.
“hari ini memang melelahkan, namun yang akan membuat lebih lelah adalah Mabit malam ini” batinku dalam hati. Malam Bina Iman dan Takwa yang biasanya kita kenal dengan Mabit, ini adalah salah satu event yang diadakan sekolahku dalam menyambut Ujian Nasional. Selain mempersiapkan secara lahi riyah, kita juga perlu mempersiapkannya secara batiniyah. Mabit akan dilaksanakan pada jauh hari sebelum ujian dan dua miggu menuju Ujian, memang persiapan rohani juga sangat dibutuhkkan dalam Ujian Nasional esok.
Ketika rangkaian acara telah kulewati bersama teman – teman seperjuangan. Aku menangis dalam hati. Bagaimana kelak aku berdiri menghadapi hidup ini tanpa teman – temanku yang selama ini selalu ada untuk ku dalam bahagia maupun sengsara. Dan saat itu aku yakin bahwa masa depan ku akan lebih baik daripada masa lalu ku, dan aku akan menemukan teman yang lebih baik dari pada teman sebelumnya. Namun, bagaimana pun juga aku takkan pernah dan takan bisa untuk melupakan teman – teman ku saat ini.
●●●
Besok adalah hari H Ujian Nasional tepatnya tanggal 26 April 2011. Diriku sudah menekatkan bahwa aku siap untuk menghadapi hari esok. Namun saran guru sebaiknya kita tidak usah terlalu monoton untuk belajar terus menerus  karena akan membuat kita stress.
Mobil – mobil nan mewah terparkir rapi di lapangan maupun di halaman asrama. Itu tandanya bahwa adik kelas 7 dan 8 siap menikmati liburannya di rumah. Hanya tinggal kelas 9 seorang diri di dalam kompleks asrama yang begitu luasnya. Namun, itu demi ketenangan kita untuk ujian esok. Bahkan ibu dapur rela memasak masakan yang spesial buat kita demi kelangsungan gizi kita selama ujian, karena itu juga akan berpengaruh pada saat mengerjakan ujian.
Langkah derap kaki menuju dapur sangat antusias, kami berempat berjalan bersama sambil merenungi tentang diri kita masing – masing. Namun, kami tersadar bahwa semua nasib kita ada di tangan Allah. Bukan karena itu kita hanya memasrahkan semua nasib kita kepada Allah. Namun semua itu tidak luput juga dari usaha kita.
●●●
Ketika terbangun setelah mendirikan tahajjud dan witir. Aku tersadar bahwa hari ini adalah puncak perjuanganku. Aku harus berjuang penuh untuk menuaikan tinta emas untuk  masa depanku kelak. Tak lupa aku mengambil air wudhu dan mendirikan sholat shubuh berjama’ah dan diikuti dengan bacaan al – ma’surat.
Teng......teng......teng...., bel untuk memasuki ruangan telah dibunyikan. Semua anak kelas 9 berbondong – bondong keluar asrama menuju lapangan untuk mengikuti do’a bersama di lapangan demi kelancaran kami. Bahkan di antara kami ada yang menangis karena merasa takut. Namun kami juga tak patah semangat kami menyanyikan yel – yel untuk mengawali ujian hari ini. “Go to graduation!” teriak kami semua. Berharap menjadi kenyataan. Kami memasuki ruangan dan tak lupa mencium tangan sang pengawas. Berharap kita semua beruntung. Batin ku.
Tak terasa 4 hari berlalu begitu saja. Kami sangat senang dan terharu tak menyangka bahwa kami telah menyelesaikan pendidikan kami selama 3 tahun terakhir ini. Kami mengemas – ngemasi barang – barang kami. Bersiap untuk menikmati liburan dan melepas rindu berama orang tua dan sanak saudara yang berada di kampung halaman kami. Kami bisa temu kangen bersama teman – teman lama kami dirumah. Itulah kenikmatan yang dapat kami rasakan setelah menempuh Ujian Nasional.
●●●
Akulah hanya setetes air dari seribu luasnya lautan. Episode ku kali ini akan segera berakhir. Perjalanan ku hampir sampai. Perjalanan menuju pintu kelulusan siap menanti ku. Ternyata aku dapat mengarungi samudra kehidupan yang sangat deras ini. Lautpun menjadi saksi atas perjalanan hidupku. Perjalanan ku tak hanya sampai disini. Masih banyak rintangan yang akan menantiku.
Pembekalan yang diberikan oleh guru kami untuk para calon allumni sebelum kelulusan. Acara berlangsung selama satu pekan. Disana kami mendapatkan banyak pengetahuan. Guru kami memang pahlawan kami. Mereka mengorbankan apapun demi kebaikan muridnya. Acara berlangsung sangat seru, kebersamaan sangat terasa pada acara ini. Akankah ku rindukan masa ini ketika aku sudah menempuh jalan yang baru kelak?
●●●
Ternyata waktu telah menjawabnya. Hidup kita memang sangat misterius, apa yang terjadi kedepannya kita tak dapat menebaknya. Masa lalu tinggalah berlalu. Hanya dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk masa depan.
Ternyata tradisi sekolah ku untuk  mengadakan study wisata tak pernah terlewatkan. Semua teman – teman seperjuanganku menyambutnya dengan senang hati. Kami berencana untuk melakukan perjalanan menuju Jakarta - Bandung. Acara ini sebagai ajang refreshing bagi kelas 9 sekaligus sebagai acara terakhir bagi kelas 9. Aku tak dapat menahan kuasa. Kelak aku tidak akan bertemu sahabat dan teman ku dalam waktu 24 jam.
Study wisata berjalan sangat enjoy. Suatu pengalaman yang tak mudah untuk dilupakan bersama teman teman ku.
 Kutitipkan seribu cintaku kepada kunang – kunang yang terang benderang untuk teman – teman ku tercinta.
●●●
Burung  tak akan sampai ke tempat tujuan tanpa sepasang sayap. Begitu juga manusia. Dia tak akan hidup dan melewati hidupnya tanpa teman yang menuntunnya.
Dimana setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tak ada yang dapat mengelak takdir tersebut. Aku seorang diri tak kan pernah siap untuk menghadapi kenyataan ini. Happy ending. Itulah yang selalu ku harapkan. Berharap kenyataan dan terwujud. Sejarah ini  akan kutuliskan di atas batu. Tak akan pernah ku biarkan  angin dan air menghapusnya. Aku sangat beruntung dapat menimba ilmu di tempat yang barakah ini.
Ketika namaku di sebut segera aku melangkah menuju panggung, langkah – langkah  yang membuat jantungku berdegup kencang. Takut akan semua kesalahanku kepada semua orang yang terlontar secara tersirat. Akupun juga merasakan hal yang tak biasa. Kesalahanku akan lebih jauh kurang dibanding kekuranganku, dan tak mungkin dengan kesalahan ku yang banyak ini, dapat untuk membuat jasa baik kalian guruku. Maafkan aku, maafkan dirku yang hina ini.
Kalung wisuda telah menggantung dileherku. Aku membalikan diri melangkah lega menuju tempat dudukku. Teman – teman menjabat tanganku dan memberikan ucapan selamat begitu juga aku.
Ternyata aku sudah berada diujung pantai mendekati samudra lautan yang sangat luas. Kapalku telah menghampiriku dan akan membawa ku menuju kehidupanku yang lebih tinggi dan lebih berat. Akankah aku dapat bertahan di tempat ku yang baru? Akankah aku terkalahkan dengan ombak yang deras? Hanya waktu yang dapat menjawab. Aku tak lupa mengangkat tanganku dan melambaikan tanganku. Kapalku terus berjalan menjauhi pantai, dan tak ku lihat lagi teman – teman tercinta. Selamat tinggal teman, selamat menempuh hidup baru kalian. Berharap kita akan bertemu kembali kelak dengan masa depan kita yang cemerlang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Cyperus rotundus Blogger Template by Ipietoon Blogger Template